Sunday, July 15, 2018

Pengertian Difteri Serta Tanda-Tanda Dan Cara Mengobatinya

Pengertian Difteri Serta Gejala Dan Cara Mengobatinya. Difteri disebabkan Corynebacterium diphteriae, yang merupakan kuman gram positif yang bersifat polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Berikut yaitu klarifikasi seputar pengertian Difteri, Gejala Difteri serta Pencegahan Dan Cara Mengobatinya.

Pengertian Difteri Serta Gejala Dan Cara Mengobatinya Pengertian Difteri Serta Gejala Dan Cara Mengobatinya

Definisi Difteri

Dokter Soedjatmiko, Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan bahwa diafteri yaitu merupakan penyakit menular akhir kuman Corynebacterium Diptheriae yang gampang sekali menular melalui batuk atau bersin. "Ini karenakan kuman tersebut paling banyak bersarang di tenggorokan dan hidung sehingga membentuk selaput putih dan tebal yang lama-lama menutupi terusan nafas,".

Secara umum Pengertian Difteri merupakan penyakit menular disebabkan kuman Corynebacterium Diptheriae dan menyerang faring, laring atau tonsil. Disebabkan oleh Bakteri penyebab difteri mengeluarkan racun yang menimbulkan kelumpuhan susunan syaraf tepi dan pusat, serta gagal ginjal. Kematian sanggup terjadi lantaran sumbatan jalan nafas, akhir lapisan tebal di tenggorokan.

Gejala Difteri

  1. Difteri hidung. Menyerupai common cold, gejalanya menyerupai pilek ringan dan disertai tanda-tanda sistemik ringan. Sekret hidung berangsur menjadi serosanguinus dan kemudian makropulen menimbulkan lecet pada nares dan bibir atas. Pada investigasi tampak membrane putih pada kawasan septum nasi. Absorbs sangat lambat dan tanda-tanda sistemik yang timbul tidak konkret sehingga usang terdiagnosis.
  2. Difteri faring. Anoreksia, malaise, demam ringan dan nyeri telan. Dalam 1-2 hari berikutnya akan timbul membrane yang menempel berwarna putih/kelabu sanggup menutupi tonsil dan dinding faring meluas ke uvula dan palatum molle atau ke bawah laring trakea. Dapat terjadi limfadenitis servikalis dan submandibular, jika limfadentid terjadi bersamaan dengan edema jaringan lunak leher yang luas, maka akan timbul bersamaan dengan edema jaringan lunak leher yang luas, maka akan timbul bullneck. Selanjutnya tanda-tanda tergantung pada derajat penetrasi toksin dan luas membrane. Pada kasus berat sanggup terjadi kegagalan pernapasan atau sirkulasi. Stupor, koma, janjkematian sanggup terjadi dalam 1 ahad hingga 10 hari.
  3. Difteri laring, Biasanya merupakan ekspansi dari difteri faring. Pada difteri laring primer tanda-tanda toksik kurang nyata. Gejala klinis difteri laring sulit dibedakan dari tipe infectious croups yang lain, menyerupai nafas berbunyi, stridor yang progresif, bunyi parau dan batuk kering. Pada obstruksi laring berat terdapat retraksi suprasental, interkostal dan supraklavikular. Bila terjadi peleasan membrane yang menutup jalan napas, sanggup terjadi janjkematian mendadak.
  4. Difteri kulit, konjungtiva, dan indera pendengaran Merupakan tipe difteri yang tidak lazim unusual. Difteri kulit berupa tukak dikulit, tapi terang dan terdapat membrane pada dasarnya, kelainan cenderung menahun. Difteri pada mata dengan lesi pada konjungtiva berupa kemerahan, edema dan membrane pada konjungtiva pelpebra. Pada indera pendengaran berupa otitis eksterna dengan secret purulen dan berbau.

Pencegahan Dan Cara Mengobatinya

  1. Imunisasi DPT. Pencegahan paling efektif yaitu dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis (DPT) sebanyak tiga kali semenjak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu – dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan menawarkan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul yaitu demam, nyeri dan bisul pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas . Berdasarkan aktivitas dari Departemen Kesehatan RI imunisasi perlu diulang pada dikala usia sekolah dasar yaitu bersamaan dengan tetanus yaitu DT sebanyak 1 kali. Sayangnya kekebalan hanya diperoleh selama 10 tahun sehabis imunisasi, sehingga orang bakir balig cukup akal sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali.
  2. Penyuluhan Tentang Bahaya Difteri. Selain pinjaman imunisasi perlu juga diberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama kepada orang renta perihal ancaman dari difteri dan perlunya imunisasi aktif diberikan kepada bayi dan anak-anak.
  3. Memperhatikan Kebutuhan Hygiene. Mencegah penyakit difteri penting pula untuk menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan. Penyakit menular menyerupai difteri gampang menular dalam lingkungan yang jelek dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh lantaran itulah, selain menjaga kebersihan diri, kita juga harus menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Di samping itu juga perlu diperhatikan makanan yang kita konsumsi. Jika kita harus membeli makanan di luar, pilihlah warung yang bersih. Jika telah terjangkit difteri, penderita sebaiknya dirawat dengan baik untuk mempercepat kesembuhan dan semoga tidak menjadi sumber penularan bagi yang lain.

No comments:

Post a Comment