Thursday, July 26, 2018

Pengertian Sosialisasi Dan Tujuannya

Pengertian Sosialisasi Dan Tujuannya. Tanpa mengalami proses sosialisasi yang memadai maka mustahil seseorang akan sanggup hidup normal tanpa menemui kesulitan dalam masyarakat. Dengan menjalani proses sosialisasi yang cukup banyak sajalah seseorang individu akan sanggup meyesuaikan segala tingkah lakunya yang sesuai dengan norma-norma sosial. Berikut yakni klarifikasi wacana seputar pengertian Sosialisasi, Tahap Sosialisasi, Tujuan Sosialisasi Serta Tipe Sosialisasi dan Proses Sosialisasi.

Definisi Sosialisasi

Menurut Vander Zanden, sosialisasi yakni proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga sanggup berperan serta secara efektif dalam masyarakat

Menurut Wikipedia. Sosialisasi yakni proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan hukum dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.

Menurut David A. Goslin mengungkapkan bahwa “Sosialisasi yakni merupakan proses mencar ilmu yang di alami seseorang untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan, nilai-nilai dan norma-norma semoga ia sanggup berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakatnya.”

Tahap Sosialisasi

Menurut Berger dan Luckman dalam Ihromi (1999;32) sosialisasi dibedakan atas dua tahap yakni:
  1. Sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat, dalam tahap ini proses sosialisasi primer membentuk kepribadian anak kedalam dunia umum dan keluargalah yang berperan sebagai biro sosialisasi
  2. Sosialisasi sekunder, didefinisikan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasikan ke dalam sektor gres dunia objektif masayarkat; dalam tahap ini proses sosialisasi mengarah pada terwujudnya sikap profesionalisme; dan dalam hal ini menjadi biro sosialisasi yakni forum pendidikan, peer group, forum pekerjaan, lingkungan yang lebih luas dari keluarga

Tujuan Sosialisasi

  1. Setiap individu harus diberi keterampilan yang dibutuhkan bagi hidupnya kelak di masyarakat
  2. Setiap individu harus bisa berkomunikasi secara efektifdan membuatkan kemampuannya untuk membaca, menulis dan berbicara.
  3. Pengendalian fungsi-fungsi organik harus dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
  4. Tiap individu harus dibiasakan dengan nilai-nilai dan iktikad pokok pada masyarakat.

Tipe sosialisasi

  1. Formal. Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam negara, menyerupai pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
  2. Informal. Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, menyerupai antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

Proses sosialisasi

George Herbert Mead beropini bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang sanggup dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
  1. Tahap persiapan (Preparatory Stage). Tahap ini dialami semenjak insan dilahirkan, ketika seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman wacana diri. Pada tahap ini juga belum dewasa mulai melaksanakan acara menggandakan meski tidak sempurna.
  2. Tahap menggandakan (Play Stage) Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran wacana nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari wacana apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang dibutuhkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial insan berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other).
  3. Tahap siap bertindak (Game Stage).Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh tugas yang secara pribadi dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai bekerjasama dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara sedikit demi sedikit juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
  4. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other). Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah sanggup menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia sanggup bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tetapi juga dengan masyarakat luas. Manusia cendekia balig cukup akal menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama—bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya—secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

No comments:

Post a Comment