Pengertian Keadilan interaksional Dan Aspeknya. Keadilan ini diasumsikan bahwa insan sebagai anggota kelompok masyarakat sangat memperhatikan gejala atau simbol-simbol yang mencerminkan posisi mereka dalam kelompok.
Dalam suatu interaksi apabila tidak memenuhi standar keadilan interaksional, maka interaksi tersebut dianggap tidak adil secara interaksional, dan ketidakadilan tersebut menimbulkan kekerabatan interpersonal negatif antara bawahan dengan atasan, hal ini menimbulkan kurangnya kepercayaan dan rasa hormat bawahan terhadap atasannya.
Definisi Keadilan interaksional
Salah satu pendapat penting perihal keadilan interaksional ialah adanya anggapan bahwa aspek penting dari keadilan ketika orang berafiliasi dengan pemegang kekuasaan ialah rasa hormat dan menghargai sebagai cerminan dari sensitivitas sosial kepada penguasa.
Secara umum keadilan interaksional ialah suatu kondisi acara yang tidak bersinggungan dengan pekerjaan, namun lebih pada aspek interaksi baik secara gosip maupun antar personal.
Pengertian Keadilan interaksional. ialah merupakan kunci terbentuknya motivasi kerja dan komitmen terhadap organisasi. Keadilan interaksional terkait dengan kombinasi antara kepercayaan seorang bawahan terhadap atasannya dengan keadilan yang nampak dalam lingkungan kerja sehari-hari
Aspek Keadilan Interaksional
Berikut ialah tiga hal pokok yang dipedulikan dalam interaksi sosial yang lalu dijadikan aspek penting dari keadilan interaksional.
- Penghargaan. penghargaan status seseorang,tercermin dalam perlakuan, khususnya dari orang yang berkuasa terhadap anggota kelompok. Perlakuan bijak dan sopan, menghargai hak, dan menghormati ialah potongan dari penghargaan, makin baik kualitas perlakuan dari kelompok atau penguasa terhadap anggotanya maka interaksinya dinilai makin adil. Perlakuan yang menawarkan penghargaan terhadap orang lain sanggup dalam bentuk kata-kata, sikap, ataupun tindakan. Bentuk-bentuk penghargaan yang positif antara lain ialah respon yang cepat terhadap pertanyaan atau dilema yang diajukan, apresiasi terhadap pekerjaan orang lain, membantu, memuji atas tindakan yang benar dan hasil yang baik, dan seterusnya. Sebaliknya, memaki, membentak, menyepelekan, mengabaikan, menghina, mengancam, dan membohongi ialah bentuk-bentuk sikap dan sikap yang bertolak belakang dengan penghargaan.
- Netralitas. Konsep perihal netralitas berangkat dari keterlibatan pihak ketiga ketika ada masalah kekerabatan sosial antara satu pihak dengan pihak lain. Namun, konsep ini juga sanggup diterapkan pada kekerabatan sosial yang tidak melibatkan pihak ketiga. Netralitas sanggup tercapai jika dasar-dasar dalam pengambilan keputusan, misalnya, memakai fakta, bukan opini, yang objektif. Aspek ini mangandung makna bahwa dalam melaksanakan hunungan sosial tidak ada perlakuan dari satu pihak yang berbeda-beda terhadap pihak lain. Hal ini akan tampak ketika terjadi konflik di dalam kelompok, baik yang bersifat personal, antarkelompok kecil, maupun anggota dengan kelompok (pimpinan). Pemihakan masih dibenarkan jika menunjuk pada norma atau hukum yang sudah disepakati.
- Kepercayaan. Menurut pandangan ini, kepercayaan merupakan keyakinan, harapan, atau perasaan yang berakar kepada kepribadian yang berkembang dari awal masa pertumbuhan individu yang bersangkutan. Kepercayaan pada atau terhadap orang lain (trust) berbeda dengan kepercayaan diri (confident). Perbedaan yang paling fundamental terletak pada persepsi dan atribusi. Ketika seseorang mempunyai kepercayaan terhadap orang lain, ia justru dalam posisi berisiko. Hal ini akan terbukti ketika (berharap) orang lain sanggup mengemban amanah ternyata mengecewakan, resiko itu benar-benar harus ditanggung secara psikologis sanggup berbentuk rasa putus asa dan marah. Sementara itu, kepercayaan diri sering mengakibatkan seseorang lebih berani untuk mengambil risiko.
Dikutip dari aneka macam sumber
No comments:
Post a Comment