Monday, July 29, 2019

Pengertian Kepuasan Kerja Serta Teori Dan Faktornya

Pengertian Kepuasan Kerja Serta Teori Dan Faktornya. Banyak hasil penelitian menyimpulkan bahwa kepuasan kerja akan kuat secara signifikan terhadap prduktivitas kerja. Karyawan yang menilai pekerjaannya sanggup memperlihatkan kepuasan akan menurunkan tingkat ketidakhadiran dan perputaran kerja. Berikut ialah klarifikasi seputar pengertian Kepuasan Kerja, Teori Tentang Kepuasan Kerja Dan Faktor yang menjadikan kepuasan kerja.

Pengertian Kepuasan Kerja Serta Teori Dan Faktornya Pengertian Kepuasan Kerja Serta Teori Dan Faktornya


Definisi Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (2002:36) kepuasan kerja ialah suatu perasaan positif wacana pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah penilaian karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai perasaan-perasaan positif wacana pekerjaannya tersebut, sementara seseorang yang tidak puas mempunyai perasaan-perasaaan negatif wacana pekerjaan tersebut.

Menurut Griffin dan Ebert (2007:246), kepuasan kerja ialah cara karyawan untuk mencicipi pekerjaannya. Seorang karyawan sanggup mencicipi pekerjaannya menguntungkan atau merugikan dirinya tergantung dari persepsi mereka apakah pekerjaannya memperlihatkan kepuasan atau ketidakpuasan. Ketika karyawan menilai suatu pekerjaan menyenangkan untuk dikerjakan, mereka menyampaikan bahwa pekerjaan itu memperlihatkan kepuasan kerja. Keadaan ini sanggup dilihat dari hasil pekerjaannya, alasannya ialah kepuasan kerja akan sanggup meningkatkan kinerja kerja mereka.

Menurut Spector (1997), kepuasan kerja ialah perasaan umum wacana pekerjaan atau juga sebagai hubungan dari perilaku wacana banyak sekali aspek pekerjaan.

Menurut Blum dan Anoraga (2001), kepuasan kerja merupakan perilaku umum yang merupakan hasil dari beberapa perilaku khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, pembiasaan diri dan hubungan sosial individu diluar kerja.

Teori Tentang Kepuasan Kerja

  • Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory). Pertama kali dicetuskan oleh Porter (1961) yang mendefinisikan bahwa, “Job satisfaction is the difference between how much of something there should be and how much there is now”. Setiap orang menginginkan semoga sejumlah pekerjaan yang telah disumbangkan kepada para pemberi kerja akan dihargai sebesar yang diterima secara kenyataan. Semakin besar selisihnya maka ketidakpuasanpun semakin tinggi.
  • Teori Keadilan (Equity Theory). Pertama kali dicetuskan oleh Zaleznik (1958) kemudian dikembangkan oleh Adams (1963) yang mendeskripsikan bahwa puas atau tidaknya seseorang tergantung dari rasa adil ataupun tidak adil yang diperoleh melalui cara membandingkan dirinya dengan orang lain pada tingkat dan jenis pekerjaan yang sama, pada kawasan maupun kawasan berbeda.
  • Teori Dua Faktor (Two Factor Theory). Teori ini menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang memilih kepuasan sesorang. Dua faktor yang memilih rasa puas dan tidak puas seseorang ialah faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan faktor motivasi (motivational factors) (Herzberg, 1996). Nama lain faktor pemeliharaan ialah dissatisfiers, hygiene factors, job context, dan extrinsic factors, sedangkan faktor motivasi mempunyai nama lain satisfiers, motivator, job content, dan intrinsic factors.

Faktor yang menjadikan kepuasan kerja

  1. Faktor Hubungan Antar Karyawan. Antara lain hubungan antara manager dan karyawan, faktor fisik dan kondisi kerja, hubungan sosial diantara karyawan, sugesti dari sobat kerja serta emosi dan situasi kerja.
  2. Faktor Individual. Semua hal yang berafiliasi dengan perilaku orang terhadap pekerjaannya, umur orang sewaktu bekerja dan jenis kelamin.
  3. Faktor Gaji. Hal ini seringkali menjadikan ketidakpuasan dan jarang mereka mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
  4. Faktor Manajemen dan Perusahaan. Faktor ini, jikalau bisa memperlihatkan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor inilah penentu kepuasan kerja karyawan.
  5. Faktor Pengawasan. Bagi karyawan supervisi dianggap sebagai figur ayah sekaligus atasannya. Supervisi yang jelek sanggup berakibat ketidakhadiran dan kenaikan turn over.
  6. Faktor Intrinsik Dari Pekerjaan. Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar dan mudahnya kiprah akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
  7. Faktor Kondisi Kerja. Meliputi kondisi tempat, ventilasi. Penyinaran, kantin dan kawasan parkir.
  8. Faktor Sosial Dalam Pekerjaan. Merupakan salah satu perilaku yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam bekerja.
  9. Faktor Komunikasi. Faktor ini, jikalau lancar antar karyawan dan administrasi banyak digunakan alasan untuk menyukai jabatan. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menjadikan rasa puas terhadap pekerjaannya.
  10. Faktor Fasilitas. Merupakan standar suatu jabatan apabila sanggup dipenuhi akan menjadikan rasa puas.

No comments:

Post a Comment