Saturday, November 30, 2019

Sejarah, Latar Belakang, Dan Imbas Perang Padri Lengkap

Sejarah, Latar Belakang, dan Dampak Perang Padri Lengkap - Perang padri yakni peperangan yang peristiwanya berada di Kerajaan Pagaruyung Minangkabau, Sumatera Barat. Perang tersebut berlangsung sekitar 35 tahun yaitu pada tahun 1803 hingga tahun 1838. Pada tahun 1803 termasuk kedalam perang saudara dan tahun 1833 termasuk kedalam peperangan yang melawan penjajah. Perang padri juga mempunyai sejarah tersendiri, mulai dari tahun 1803 hingga 1838. Sejarah perang padri berawal dari permusuhan umat beragama yang terdapat pada tempat itu. Peperangan tersebut pada balasannya menciptakan kesepakatan bersama untuk melawan penjajah Belanda.
Perang padri yakni peperangan yang peristiwanya berada di Kerajaan Pagaruyung Minangkabau Sejarah, Latar Belakang, dan Dampak Perang Padri Lengkap
Perang Padri
Akhirnya peperangan diakhiri dengan perlawanannya kepada Belanda. Mengapa peperangan ini dinamakan perang padri? Hal tersebut dikarenakan pada ketika itu terdapat kaum ulama yang berusaha untuk memberantas kemaksiatan dalam kelompok adat, contohnya tabrak ayam, judi bahkan minum minuman keras. Kaum inilah yang dinamakan kaum padri. Kali ini saya akan menjelaskaan secara rinci mengenai sejarah perang padri. Berikut ulasan selengkapnya.

Sejarah, Latar Belakang, dan Dampak Perang Padri Lengkap

Sejarah perang padri disebabkan oleh pecahnya 3 kepulauan orang haji yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik maupun Haji Piobang. Pada tahun 1803, ketiga orang tersebut kembali ke Minangkabau. Kemudian mereka mempunyai gagasan untuk memberantas seluruh hal yang menyimpang dengan syariat Islam dalam tempat tersebut. Gagasan tadi bahkan mendapat dukungan dari Tuanku Nan Renceh (tokoh ulama lainnya di kota Minangkabau). Setelah itu diadakan perkumpulan para ulama dan meminta semoga seluruh acara jelek yang terjadi dikerajaan maupun kaum watak untuk tidak dilakukan lagi. Kegiatan tersebut mencakup tabrak ayam, judi bahkan minum minuman keras. Namun ketika para ulama melaksanakan negosiasi dengan kaum adat. Perundingan tersebut tidak tedapat kata setuju bahkan tidak mendapat titik temu apapun.
Perang padri yakni peperangan yang peristiwanya berada di Kerajaan Pagaruyung Minangkabau Sejarah, Latar Belakang, dan Dampak Perang Padri Lengkap
Tokoh Perang Padri
Baca juga : Sejarah Kerajaan Tarumanegara Lengkap
Perang Padri Periode Pertama
Dalam sejarah perang padri terdapat dua periode yaitu periode pertama dan periode kedua. Untuk perang padri pada periode pertama terjadi antara kaum padri (para ulama) dengan kaum adat. Pada tahun 1815 terjadilah serangan kaum padri kepada kerajaan Pagaruyung. Serangan tersebut dipimpin oleh Tuanku Pasuman. Latar belakang penyerangan kaum padri lantaran tidak adanya kesepakatan dalam negosiasi antara kaum pardi dengan kaum adat. Peperangan yang terjadi menciptakan kekalahan Sultan Arifin Muningsyah. Kemudian ia melarikan diri ke Kerajaan.

Sejarah perang padri tidak berhenti begitu saja. Akibat kekalahan dari kaum watak tersebut, kaum watak meminta dukungan kepada Belanda. Akhirnya terciptalah perjanjian Belanda dengan Kerajaan Pagaruyung (atas nama Sultan Tangkal Alam Bagar). Perjanjian tersebut berisi penyerahan kerajaan kepada pihak Belanda. Kemudian dibentuklah penguasa gres yaitu Sultan Tangkal. Pada bulan April 1821, terjadi penyerangan balik oleh kaum watak yang dibantu pihak Belanda. Mereka melaksanakan serangan di tempat Sulit Air dan Simawang. Akhirnya para kaum padri berhasil di pukul mundur dari tempat Pagaruyung. Kemudian Belanda melaksanakan pembangunan benteng pertahanan di Batusangkar. Benteng ini dinamakan Fort Ban Der Capellen.

Kaum padri selanjutnya bertempat di kota Lintan. Mereka melaksanakan penyusunan strategi, memperkuat pasukan, mempertahankan wilayah dari serangan musuh serta menghadang musuh apabila melaksanakan pergerakan. Dalam sejarah perang padri ini, para kaum padri melaksanakan perlawanan yang habis habisan. Bahkan kaum watak yang di bantu oleh Belanda hingga kewalahan. Hal tersebut terbukti pada bulan September 1822, mereka mundur menuju Batusangkar. Karena Belanda kesulitan dalam melawan kaum padri balasannya mereka mengusulkan untuk melaksanakan genjatan senjata. Usulan Belanda tersebut disampaikan kepada Tuanku Imam Bonjol (pimpinan kaum padri) melewati residen yang berada di Padang. Pada tanggal 15 September 1925 dilaksanakan genjatan senjata dengan melaksanakan Perjanjian Masang.

Sejarah perang padri pada periode pertama ini terbentuklah perjanjian Masang antara kaum padri dengan Belanda. Genjatan senjata tersebut dimanfaatkan oleh Tuanku Imam Bonjol untuk lebih akrab dengan kaum watak serta melaksanakan pemulihan kekuatan. Usaha tersebut balasannya membuahkan hasil yaitu kaum watak sanggup mempercayai beliau. Kemudian terbentuklah kerjasama Plakat Puncak Pato antara kaum padri dengan kaum adat. Kesepakatan kerjasama ini berlangsung di kota Marapalam. Kerjasama Plakat Puncak Pato berpedoman kepada watak minangkabau yang beragama Islam serta berpedoman kepada Al Qur'an.
Baca juga : Sejarah dan Isi Perjanjian Renville
Perang Padri Periode Kedua
Selanjutnya terdapat sejarah perang padri periode kedua. Pada perang padri periode kedua ini terjadi perlawanan antara Belanda dengan campuran kaum watak dan kaum padri. Peperangan ini berlangsung di kota Minangkabau pada tahun 1833. Belanda lalu menangkap Sultan Tangkal Bagar lantaran dianggap sebagai penghianat. Pihak Belanda melawan seluruh masyarakat minangkabau lantaran kaum watak dan kaum padri sudah bersatu. Pada tahun 1833, Belanda mengeluarkan pengumuman yang isinya bahwa mereka tidak akan menguasai tempat tersebut lantaran kedatangn Belanda hanya untuk berdagang dan menjaga keamanan Minangkabau. Belanda juga membangun jalan dan sekolah untuk rakyat Minangkabau. Namun rakyat minangkabau harus menanam kopi dan menjualnya kepihak Belanda.

Peperangan dalam sejarah perang padri periode kedua ini berlangsung selama 5 tahun. Belanda melaksanakan serangan secara beruntun untuk menembus benteng bonjol dan menguasainya. Belanda melaksanakan pengepungan terhadap benteng bonjol selama kurang lebih 1 tahun. Hal tersebut menciptakan penyetopan suplai masakan dan senjata kepada pasukan Imam Bonjol. Karena Belanda sulit mengalahkan Imam Bonjol, lalu ia mengirimkan permintaan genjatan senjata. Genjatan senjata tersebut di terima oleh Imam Bonjol dengan pertimbangan yang matang. Genjatan senjata tadi berlangsung selama 14 hari. Bendera putih akan dikibarkan selama terjadinya genjatan senjata. Kemudian Imam Bonjol diundang ke kota Palupuh untuk melaksanakan negosiasi namun tidak diperbolehkan membawa senjata apapun.

Menurut sejarah perang padri, negosiasi yang dilakukan oleh Belanda merupakan tipu tipu daya semoga sanggup menangkap Tuanku Imam Bonjol. Penangkapatn tersebut terjadi pada Oktober 1837. Kemudian Imam Bonjol diasingkan ke Manado, Cianjur dan Ambon dalam kurun waktu tertentu. Pengasingan Imam Bonjol berlangsung selama 27 tahun lantaran pada tanggal 8 November 1864, ia meninggal dunia. Walaupun benteng Bonjol telah dikuasai Belanda, namun rakyat Minangkabau terus melaksanakan perlawanan. Pada tanggal 28 Desember 1828, serangan terhadap Belanda dilaksanakan dengan pimpinan Tuanku Tambusai. Namun benteng kaum padri yang terakhir berhasil dikalahkan oleh Belanda. Kemudian mereka berpindah ke wilayah Negeri Sembilan, Semenanjung Malaya. Akhirnya perang padri berakhir dengan kemenangan Belanda melawan kaum padri.

Demikianlah klarifikasi mengenai sejarah perang padri. Tuanku Iman Bonjol merupakan tokoh Nasional dalam perang padri yang sanggup mengusir penjajahan Belanda pada masa itu. Semoga artikel ini sanggup bermanfaat Terima kasih.

No comments:

Post a Comment