Thursday, November 21, 2019

Biografi Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Indonesia)

Biografi Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Indonesia) - Di negara Indonesia banyak sekali tokoh nasional yang berhasil memperjuangkan kemakmuran rakyat pribumi. Seperti halnya Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan nama "Bapak Pendidikan Indonesia". Beliau merupakan tokoh pejuang yang mempelopori pendidikan rakyat Indonesia pada ketika penjajahan Kolonial Belanda. Maka dari itu Ki Hajar Dewantara sanggup disebut sebagai hero Indonesia sekaligus tokoh pendidikan di Indonesia. Sampai kini biografi Ki Hajar Dewantara banyak dikenang semoga para generasi muda menghargai setiap jasa jasanya.

Ki Hajar Dewantara lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Namun kini dia lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Kali ini saya akan menjelaskan secara rinci mengenai biografi Ki Hajar Dewantara. Berikut ulasan selegkapnya.

Biografi Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Indonesia)

Pada biografi Ki Hajar Dewantara ini saya akan menjelaskannya secara rinci mulai dari dia lahir hingga masa masa perjuangannya. Ki Hajar Dewanatara lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Kota Yogyakarta. Tanggal kelahiran dia kini diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ki Hajar Dewantara lahir dari keluarga aristokrat serta merupakan anak dari GPH Soerjaningrat dan cucu dari Pakualam III. Dikarenakan dia lahir dikeluarga bangsawan, maka ia sanggup memperoleh pendidikan ibarat halnya keluarga aristokrat lainnya. 
Di negara Indonesia banyak sekali tokoh nasional yang berhasil memperjuangkan kemakmuran r Biografi Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Indonesia)
Ki Hajar Dewantara
Baca juga : Sejarah Kejayaan dan Runtuhnya Kerajaan Kutai Beserta Peninggalan dan Rajanya
Mulai Bersekolah serta Menjadi Wartawan
Biografi Ki Hajar Dewantara belanjut ketika dia mulai bersekolah dan telah menjadi seorang wartawan. Ki Hajar Dewantara bersekolah di Sekolah Dasar ELS yaitu merupakan sekolah dasar bagi anak aristokrat dan anak anak Belanda/Eropa. Setelah lulus dari ELS, dia melanjutkan sekolahnya di STOVIA yakni sebuah sekolah pendidikan dokter bagi pribumi Indonesia yang letaknya di Batavia ketika masa penjajahan Hindia Belanda. Sekarang sekolah ini dikenal dengan nama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namaun dikarenakan Ki Hajar Dewantara mengalami sakit ketika itu membuatnya tidak sanggup lulus dari STOVIA. 

Dalam biografi Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dia kurang tertarik pada dunia kedokteran. Beliau lebih tertarik dengan dunia tulis menulis atau jurnalistik. Hal tersebut sanggup dibuktikan ketika dia pernah bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar pada waktu itu ibarat di surat kabar De Expres, Midden Java, Tjahaja Timoer, Poesara, Oetoesan Hindia, Sediotomo, dan Kaoem Moeda. Ki Hajar Dewantara mempunyai gaya penulisan yang tajam ibarat menggambarkan semangat anti kolonial. Contoh goresan pena Ki Hajar Dewantara dalam surat kabar De Expres yang dipimpin oleh Douwes Dekker:

"Seandainya saya seorang Belanda, saya tidak mau menyelenggarakan pesta kemerdekaan bagi negeri yang kita rampas kemerdekannya. Setara dengan jalan pikiran tersebut, bukan tidak adil saja, melainkan juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberi derma dana demi perayaan itu. Gagasan penyelenggaraan itu pun sudah menghina mereka, dan  kini kita gali kantongnya. Ayo lanjutkan penghinaan lahir dan batin itu!! Kalau saya orang Belanda,  hal utama yang paling menyinggung perasaanku dan sahabat sahabat sebangsaku yaitu kenyataan inlander untuk tetap ikut mengongkosi aktivitas yang sedikitpun tidak mempunyai kepentingan baginya."

Tulisan Ki Hajar Dewantara tersebut menciptakan kolonial Hindia Belanda murka pada ketika itu. Bahkan alasannya ialah goresan pena itupula dia ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka. Tempat pengasingan tersebut atas usul dari Ki Hajar Dewantara sendiri. Tindakan pengasingan Ki Hajar Dewantara memuat protes dari Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker (selaku rekan organisasinya). Ketiga orang tersebut kini dikenal dengan nama "Tiga Serangkai". Kemudian ketiganya diasingkan oleh Belanda. Biografi Ki Hajar Dewantara dilanjutkan ketika dia masuk ke dalam organisasi Budi Utomo.
Di negara Indonesia banyak sekali tokoh nasional yang berhasil memperjuangkan kemakmuran r Biografi Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Indonesia)
Tiga Serangkai

Masuk Organisasi Budi Utomo
Biografi Ki Hajar Dewantara selanjutnya ketika dia telah masuk ke dalam organisasi Budi Utomo. Budi Utomo ialah organisasi yang berdiri dalam bidang sosial dan politik. Organisasi ini dijadikan sebagai propaganda untuk menyadarkan penduduk pribumi semoga mempunyai semangat persatuan dan kesatuan sebagai rakyat Indonesia. Kemudian Ki Hajar Dewantara diajak oleh Douwes Dekker untuk mendirikan organisasi gres yang dinamakan Indische Partij.
Baca juga : Sejarah, Latar Belakang, dan Dampak Perang Padri Lengkap
Dalam biografi Ki Hajar Dewantara diatas sudah saya jelaskan bahwa dia telah diasingkan oleh Belanda. Namun dalam pengasingannya, Ki Hajar Dewantara mempunyai cita cita untuk memakmurkan kaum pribumi. Untuk mewujudkan cita citanya, ia mulai memperoleh ijazah pendidikan  Europeesche Akte (ijazah pendidian) yang bergengsi di negara Belanda. Dengan derma ijazah inilah nantinya dia akan mendirikan forum sekolah bagi rakyat Indonesia. Ki Hajar Dewantara juga mempunyai efek dalam pendidikan di negara Belanda. Kemudian Ki Hajar Dewantara menikah dengan Raden Ajeng Sutartinah yang merupakan keturunan aristokrat sekaligus putri dari Paku Alaman pada tahun 1913.

Biografi Ki Hajar Dewantara tidak berhenti begitu saja. Ki Hajar Dewantara mempunyai dua anak yang berjulukan Ki Subroto Haryomataram dan Ni Sutapi Asti. Walaupun dia diasingkan tetapi istrinya selalu mendampinginya dalam banyak sekali hal ibarat halnya dalam hal pendidikan.

Kembali Ke Indonesia dan Mendirikan Taman Siswa
Biografi Ki Hajar Dewantara dilanjutkan dengan kembalinya ke Indonesia hingga pada ketika mendirikan taman siswa. Pada tahun 1919, Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia dan bergabung sebagai guru disekolah yang telah didirikan saudaranya. Di sekolah tersebut dia memperoleh pengalaman mengajar dan kemudian dijadian sebagai konsep metode pengajaran disekolah barunya. Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah sekolah yang dinamanan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau populer dengan sebutan Taman Siswa.

Sebelumnya ia mempunyai nama orisinil Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, tetapi pada usianya yang ke 40, dia menggantinya menjadi Ki Hajar Dewantara. Penggantian nama tersebut dimaksudkan untuk menjalin ikatan yang lebih bersahabat dengan rakyat pribumi. Maka dari itu kini biografi Ki Hajar Dewantara lebih dikenal dengan nama tersebut. Ki Hajar Dewantara mempunyai semboyan khusus dalam dunia pendidikan Indonesia yaitu :
Ing ngarso sung tulodo (bagian depan memperlihatkan contoh).
Ing madyo mangun karso (bagian tengah memperlihatkan semangat).
Tut Wuri Handayani (bagian belakang memperlihatkan dorongan).

Penghargaan Pemerintah Untuk Ki Hajar Dewantara
Dalam biografi Ki Hajar Dewantara ini juga dijelaskan bahwa dia juga mendapat penghargaan dari pemerintah atas jasa jasanya. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Presiden Soekarno mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri Pengajaran Pendidikan atau Menteri Pendidikan. Bahkan dia uga dianugerahi kehormatan Doktor di Universitas Gadjah Mada.
Baca juga : Biografi Cut Nyak Dhien Pahlawan Wanita Indonesia
Ki Hajar Dewantara juga mempunyai gelar Pahlawan Nasional sekaligus Bapak Pendidikan Nasional dari Presiden Soekarno. Gelar tersebut diberikan atas dasar perjuangannya yang telah membangun pendidikan di Indonesia. Pemerintah juga menetapkan tanggal 2 Mei (tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara) sebagai Hari Pendidikan Nasioanl yang diperingati setiap tahunnya. Pada tanggal 26 April 1959, Ki Hajar Dewantara wafat dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata, Yogayakarta. Kemudian wajah Ki Hajar Dewantara terus diabadikan dalam bentuk uang pecahan 20.0000 rupiah.

Demikianlah biografi Ki Hajar Dewantara yang sanggup saya jelaskan. Semoga artikel ini sanggup menambah wawasan anda. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment