Teori Akuntansi Positif mempunyai anggapan bahwa tujuan dari sebuah teori akuntansi ialah untuk menunjukkan klarifikasi dan memprediksi praktek akuntansi.
Teori Akuntansi Positif |
Perkembangan teori akuntansi positif ini muncul jawaban ketidakpuasan terhadap teori akuntansi normatif.
Dasar anutan yang dipakai untuk menganalisis teori akuntansi pada teori normatif dianggap terlalu sederhana dan tidak mempunyai dasar teoritis yang kokoh.
Terdapat 3 alasan fundamental yang berpengaruh atas terjadinya pergeseran teori akuntansi pendekatan normatif ke teori akuntansi kasatmata [Watt and Zimmerman]
Pertama
Teori akuntansi normatif terlalu fokus terhadap kepentingan investor secara individu daripada kemakmuran masyarakat yang lebih luas
Kedua
Teori akuntansi normatif dirasa tidak bisa menguji teori secara empiris alasannya didasari pada perkiraan atau premis yang keliru sehingga tidak bisa diuji kebenarannya secara empiris.
Ketiga
Didalam teori akuntansi normatif sangat memungkinkan terjadinya pengalokasian sumber daya ekonomi secara maksimal di pasar modal.
Melepas sumber daya ke pasar modal dengan mengikuti mekanisme pasar.
Informasi akuntansi bisa menjadi sebuah alat pengendali bagi masyarakat didalam mengalokasikan sumber daya ekonomi secara efisien.
Lebih lanjut, Watt and Zimmerman membuatkan teori akuntansi dengan pendekatan kasatmata yang orientasinya lebih kepada penelitian empiris.
Menjustifikasi banyak sekali macam metode atau teknik akuntansi yang kini dipergunakan atau mencari model yang gres untuk membuatkan teori akuntansi dikemudian hari.
Menjustifikasi banyak sekali macam metode atau teknik akuntansi yang kini dipergunakan atau mencari model yang gres untuk membuatkan teori akuntansi dikemudian hari.
Hipotesa Teori Akuntansi Positif
Watts dan Zimmerman [1990] mengemukakan 3 Hipotesa dari teori akuntansi positif.
1. Hipotesis Rencana Bonus
Manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih cenderung menentukan mekanisme akuntansi dengan perubahan keuntungan yang dilaporkan dari periode dimasa depan ke periode ketika ini.
Hipotesis ini cukup beralasan, seorang manajer tentu ingin mendapat imbalan yang tinggi.
Apabila besaran bonus tersebut tergantung pada besar kecilnya keuntungan perusahaan, maka seorang manajer atau siapapun itu tentu akan berusaha menunjukkan laporan pendapatan higienis setinggi mungkin supaya mendapat bonus yang tinggi.
Nah, salah satu caranya ialah dengan menentukan dan menentukan kebijakan akuntansi yang bisa meningkatkan keuntungan pada laporan keuangan diperiode tersebut.
Sesuai dengan abjad proses akrual, hal tersebut bisa menjadikan penurunan keuntungan perusahaan yang akan dilaporkan pada masa yang akan tiba dengan faktor lainnya yang masih tetap sama
2. Hipotesis Kontrak Hutang
Hipotesis Kontrak Hutang ini seluruh hal yang lain dalam keadaan tetap
Semakin akrab sebuah perusahaan terhadap pelanggaran prinsip akuntansi yang didasari atas sebuah kesepatakan hutang,
Maka ada kecenderungan semakin besar kemungkinan manajemen perusahaan untuk menentukan mekanisme akuntansi yang melaporkan perubahan keuntungan dari periode masa depan ke periode ketika ini.
3. Hipotesis Biaya Politik
Semakin besar ongkos politik yang ditanggung oleh perusahaan, maka manajer akan cenderung untuk memakai mekanisme akuntansi yang mengalah terhadap keuntungan yang dilaporkan pada masa ketika ini menuju masa mendatang.
Dalam pemilihan kebijakan akuntansi dipengaruhi juga oleh dimensi politik perusahaan.
Perbedaan Teori Akuntansi Positif dan Teori Akuntansi Normatif
Perbedaan pendekatan serta dasar antara teori akuntansi kasatmata dan teori akuntansi normatif menjadikan taksonomi akuntansi.
Pendekatan teori akuntansi normatif menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai sebuah seni yang cenderung deskriptif
Sedangkan pendekatan teori akuntansi kasatmata lebih kepada menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai ilmu pengetahuan (Sains).
Namun tetap, keduanya sama sama sebagai sarana pendekatan teori akuntansi yang diakui.
No comments:
Post a Comment