Bentuk Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya |
10+ Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Beserta Gambar
Sebelum membagikan beberapa bentuk peninggalan Kerajaan Sriwijaya beserta gambar peninggalan Sriwijayanya. Saya akan menjelaskan sedikit wacana kerajaan tersebut. Seperti halnya kerajaan kerajaan di Indonesia lainnya, kerajaan ini juga meninggalkan beberapa peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang telah ditemukan di banyak sekali wilayah. Menurut sejarah, Kerajaan Sriwijaya mempunyai masa kejayaan ketika seluruh kapal yang melewati rute perdagangan lokal dikenakan bea cukai. Kerajaan tersebut memperoleh kekayaan dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan.
Baca juga : 40+ Peninggalan Kerajaan Majapahit Beserta Gambar
Namun Sekitar tahun 1007 dan 1023Masehi, Kerajaan Sriwijaya mulai kehilangan masa kejayaannya. Hal ini sanggup terjadi sebab Raja kerajaan Cholomandala yang berjulukan Raja Rajendra Chola berhasil merebut bandar kota Sriwijaya dan menyerangnya. Namun meski begitu kerajaan tersebut meninggalkan beberapa peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang telah ditemukan kini ini. Dibawah ini terdapat beberapa bentuk peninggalan Kerajaan Sriwijaya beserta gambar peninggalan Sriwijayanya. Berikut klarifikasi selengkapnya:
Prasasti Kota Kapur
Gambar Prasasti Kota Kapur |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang pertama ialah prasasti Kota Kapur. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini memakai huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno pada tulisannya. Penemuan prasasti kota kapur berada di Pulau Bangka Barat. Peninggalan Sriwijaya tersebut ditemukan pada tahun 1892 oleh J.K Van der Meulen dengan berisi dongeng kutukan kepada orang yang melanggar perinah dan titah dari Raja Sriwijaya yang berkuasa. Kemudian andal epigrafi, H. Ken meneliti prasasti kota kapur yang mempunyai anggapan bahwa Sriwijaya dikatakan sebagai nama seorang raja. Kemudian pada kala ke 7 Masehi terdapat kerajaan di Sumatera berjulukan Sriwijaya yang pernah berkuasa berpengaruh di Semenanjung Malaya, Thailand Selatan dan di Barat Nusantara sesuai dengan pendapat dari George Coedes.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berada di Museum Kerajaan Amsterdam Belanda yang berjulukan Rijksmuseum hingga tahun 2012 sebab Museum Nasional Indonesia meminjamkannya. Peninggalan Sriwijaya mirip prasasti kota kapur ini ditemukan terlebih dahulu sebelum inovasi Prasasti Talang Tuwo dan prasasti Kedukan Bukit. Dalam prasasti kota kapur tertulis bahwa kekuasaan Sriwijaya mencapai wilayah Pulau Belitung, Sumatera, Pulau Bangka dan Lampung. Dalam prasasti tersebut juga terdapat perlakuan ekspedisi militer oleh Sri Jayasana mengenai eksekusi Bhumi Jawa yang tidak mematuhi kerajaan Sriwijaya dimasa itu. Kejadian ini bertepatan dengan runtuhnya Holing atau Kalingga di Jawa Tengah dan Taruma di Jawa Barat dikarenakan serangan Kerajaan Sriwijaya. Bahkan perkembangan Kerajaan Sriwijaya tidak berhenti begitu saja sebab dikala itu jalur perdagangan bahari di Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Selat Malaka, Selat Karimata dan Selat Sunda juga dikendalikan oleh Sriwijaya.
Prasasti Ligor
Gambar Prasasti Ligor |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya ialah prasasti Ligor. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya terjadi di wilayah Thailand Selatan oleh Nakhon Si Thammarat. Peninggalan Sriwijaya tersebut mempunyai kedua sisi pahatan yang berjulukan Prasasti Ligor A (manuskrip Viang Sa) dan Prasasti Ligor B yang berisi santunan gelar Sri Maharaja menjadi Visnu Sesawarimadawimathana yang dibentuk oleh raja wangsa dari Sailendra. Kemudian dongeng dalam prasasti Ligor A berisi pendirian Trisamaya Caitya untuk Kajara yang dilakukan oleh Raja Sriwijaya sebagai raja dari seluruh raja di dunia. Sedangkan dalam prasasti Ligor B terdapat dongeng Visnu yang memperoleh julukan pembunuh sombong para musuh hingga tak tersisa berjulukan Śesavvārimadavimathana dan bergelar Sri Maharaja dari keluarga Śailendravamśa. Cerita ini tertulis memakai huruf Kawi dan lengkap dengan angka yang mengambarkan tahun 775.
Prasasti Palas Pasemah
Gambar Prasasti Palas Pasemah |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Palas Pasemah. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya terjadi di pinggir rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan, Lampung. Peninggalan Sriwijaya tersebut tersusun oleh 13 baris goresan pena yang memakai huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Dalam prasasti Palas Pasemah terdapat klarifikasi mengenai kutukan dari penguasa Sriwijaya bagi orang yang tidak mau tunduk. Di duga prasasti ini telah ada semenjak kala ke 7 Masehi jikalau dilihat dari aksaranya.
Baca juga : Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit Beserta Penjelasan
Prasasti Hujung Langit
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Hujung Langit. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya di Desa Haur Kuning, Lampung. Peninggalan Sriwijaya tersebut memakai huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno pada goresan pena didalamnya. Prasasti Hujung Langit ini tidak terlalu terang dibagian isinya sebab banyak sekali kerusakan. Tetapi diperkirakan prasasti tersebut berisi santunan tanah Sima dan sudah ada semenjak tahun 997 Masehi.
Prasasti Telaga Batu
Gambar Prasasti Telaga Batu |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Telaga Batu. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya pada tahun 1935 di bak Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang. Peninggalan Sriwijaya tersebut tersimpan di Museum Nasional Jakarta dan isinya berupa kutukan dari kedaulatan Sriwijaya bagi mereka yang berbuat jahat. Saat inovasi prasasti Telaga Batu ternyata ditemukan juga prasasti Telaga Batu 2 disekitar lokasi. Prasasti kedua ini berisi keberadaan suatu vihara. Tetapi di Museum Nasional Jakarta juga sudah terdapat 30 prasasti Siddhayatra yang telah ditemukan di tahun sebelumnya. Prasasti Telaga Batu mempunyai lebar 148 cm dan tinggi 118 cm dengan pahatan kerikil andesit.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya mirip prasasti Telaga Batu ini mempunyai 7 buah kepala ular kobra dibagian atasnya dan pancuran air tempat membasuh di serpihan tengahnya. Prasasti peninggalan Sriwijaya tersebut mempunyai 28 baris goresan pena dengan memakai bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa. Prasasti Telaga Batu sebagai peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya secara garis besar berisi kutukan dari kedatuan Sriwijaya bagi mereka yang tidak patuh dan berbuat kejahatan. Kutukan yang tertulis dalam prasasti ini tergolong lengkap sebab terdapat nama pejabat pemerintahan yang tinggal di ibukota kerajaan yaitu Palembang sesuai dengan dugaan dari beberapa andal sejarah. Namun semua itu dibantah oleh anggapan Soekmono sebab didalam prasasti Telaga Batu tertulis tawaran Minanga mirip pada prasasti Kedukan Bukit disekitar ibukota Sriwijaya di Candi Muara Takus dan mustahil Sriwijaya asalnya dari Palembang sebab isinya hanya kutukan dari kedatuan untuk mereka yang tidak patuh.
Prasasti Kedukan Bukit
Gambar Prasasti Kedukan Bukit |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Kedukan Bukit. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan khususnya di tepi Sungai Tatang yang alirannya menuju Sungai Musi. Peninggalan Sriwijaya tersebut ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920. Ukuran dari prasasti Kedukan Bukit sekitar 45 cm x 80 cm yang didalamnya terdapat goresan pena memakai huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti Keduka Bukit berisi penyelenggaraan perjalanan suci memakai bahtera atau Sidhayarta oleh Dapunta Hyang sebagai utusan dari Kerajaan Sriwijaya. Perjalanan Dapunta Hyang didampingi oleh 2000 pasukan dan sanggup menguasai tempat daerah lainnya. Prasasti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya tersebut kini ini berada di Museum Nasional Jakarta.
Prasasti Talang Tuwo
Gambar Prasasti Talang Tuwo |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Talang Tuwo. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya di Bukit Seguntang tepi utara Sungai Musi. Peninggalan Sriwijaya tersebut ditemukan pada tanggal 17 November 1920 oleh residen Palembang berjulukan Louis Constant Westenenk. Prasasti Talang Tuwo mengandung isi mengenai doa yang dipakai pada masa Kerajaan Sriwijaya yakni anutan agama Budha Mahayana. Hal ini terbukti dari adanya kata anutan yang khas dari Budha Mahayana mirip annuttarabhisamyaksamvodhi, Vajrasarira, Mahasattva, dan Bodhicitta.
Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini mempunyai ukuran 50 cm x 80 cm yang keadaan tulisannya cukup baik serta berisi angka dari huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno tertulis 23 Maret 684 Masehi atau 606 Saka. Prasasti Talang Tuwo berhasil di terjemahkan oleh sarjana pertama berjulukan Van Ronkel dan berisi 14 baris kalimat didalamnya. Bahkan terjemahan Bosh ini telah dimuat dalam Acta Orientalia. Kemudian pada tahun 1920, prasasti Talang Tuwo disimpan di Museum Nasional Jakarta. Prasasti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya tersebut berisi Sri Jayasana selaku Raja Sriwijaya yang membangun taman pada kala ke 7 untuk para rakyatnya. Lahan taman ini mempunyai lembah dan bukit sehingga pemandangannya sangat indah sesuai dengan isi dalam prasasti Talang Tuwo. Taman tersebut berjulukan Taman Srisetra dan dibagian dasar lembah terdapat sungai yang airnya mengalir ke Sungai Musi.
Prasasti Leiden
Gambar Prasasti Leiden |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Leiden. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di museum Belanda. Peninggalan Sriwijaya tersebut tertulis dalam lempengan tembaga dengan bahasa Tamil dan Sansekerta. Didalam prasasti Leiden terdapat dongeng hubungan baik antara dinasti Sailendra di Sriwijaya India Selatan dengan dinasti Chila di Tamil.
Baca juga : 12 Peninggalan Peradaban Mesopotamia di Berbagai Bidang
Prasasti Berahi
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Berahi. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya di tepi Batang Merangin, Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, kecamatan Pamenang, Merangin, Jambi pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berhout. Peninggalan Sriwijaya tersebut berisi kutukan dari Raja Sriwijaya bagi mereka yang tidak setia dan melaksanakan kejahatan. Dalam prasasti Berahi terdapat goresan pena yang memakai bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa namun tidak dilengkapi dengan goresan pena tahunnya.
Penemuan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berada di lokasi akrab struktur bata kuno yang kini dijadikan sebagai lokasi pemakaman sesuai dengan pendapat Pak Natsir. Pada tahun 1727, prasasti ini ditemukan oleh cucu Temenggung Lakek sesuai dengan dongeng di Dusun Batu Bersurat. Jariah ialah anak dari Temenanggung Lakek yang telah membawa kerikil prasasti Karang Berahi pada masa Belanda menuju masjid Asyobirin yang terletak di akrab anutan Batang Merangin. Prasasti tersebut kemudian diletakkan di halaman kantor residen di kota Bangko. Sekarang ini kantor tersebut dikenal dengan nama Kantor Dinas Budpar Kabupaten Merangin. Namun masyarakat Desa Karang Berahi meminta kembali prasasti tersebut pada masa penjajahan Jepang. Kemudian pihak Jepang mengabulkan seruan itu dan mengembalikannya ke lingkungan tepi Batang Merangin di sekitar masjid Asyobirin.
Candi Muara Takus
Gambar Candi Muara Takus |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah candi Muara Takus. Candi peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di Desa Muara Takus Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau. Peninggalan Sriwijaya tersebut mempunyai tembok dari kerikil putih dengan ketinggian 80 cm yang terletak disekeliling candi berukuran 74 m x 74 m. Menurut asumsi candi tersebut dijadikan sebagai sentra Kerajaan Sriwijaya dan ada semenjak kerajaan tersebut mencapai masa keemasannya. Pembuatan candi ini berbeda dengan candi di Jawa pada umumnya yang berasal dari kerikil andesit. Namun pembuatan candi ini berasal dari kerikil sungai, kerikil pasir dan kerikil bata. Candi Muara Takus mempunyai materi utama dari tanah liat desa Pongkai. Disekitar komplek candi terdapat menara stupa besar yang berasal dari kerikil pasir kuning dan kerikil bata. Selain itu bangunan Candi Muara Takus juga mempunyai candi Tua, Stupa Mahligai, candi Bungsu dan Palangka di serpihan dalamnya.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya mirip candi Muara Takus ini mempunyai arsitektur yang tidak sanggup ditemukan di wilayah Indonesia sehingga tergolong sangat unik. Hal ini dikarenakan candi peninggalan Sriwijaya tersebut hampir sama dengan bentuk Stupa Budha yang ada di Myanmar, Sri Lanka, dan Vietnam. Dalam stupa candi Muara Takus peninggalan sejarah kerajaan Sriwijaya terdapat ornamen roda pada stupa dan disemua kompleks candinya banyak ditemukan kepala singa.
Candi Muaro Jambi
Gambar Candi Muaro Jambi |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah candi Muaro Jambi. Candi peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia di tepi Batang Hari. Peninggalan Sriwijaya tersebut mempunyai luas 3891 hektar sehingga termasuk dalam kompleks candi paling luas di Asia Tenggara dan diduga juga termasuk dalam peninggalan kerajaan Melayu. Pada tahun 1824, S.C. Crooke selaku letnan Inggris melaksanakan pemetaan demi keperluan militer di sekitar tempat anutan sungai. Kemudian pemugaran dilakukan oleh R. Soekmono pada tahun 1975 selaku pimpinan pemerintahan Indonesia. Candi Muaro Jambi diperkirakan telah ada semenjak kala ke 9 - 12 Masehi berdasarkan pendapat Boechari yang merupakan seorang pakar epigrafi.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini mengandung 10 candi di sekitar kompleksnya yang telah dilakukan pemugaran mirip candi Kembar Batu, Gedong Dua, Gumpung, Kembang Batu, Kedaton, Gedong Satu, Kotomahligai, Tinggi, Candi Astano, dan Telago Rajo. Candi Muaro Jambi merupakan peninggalan Sriwijaya yang disekitar kompleksnya terdapat saluran kuno atau parit buatan manusia, gundukan tanah dari bata kuno dan bak tempat penampungan air. Selain itu peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya tersebut juga ditemukan 85 menapo milik penduduk setempat di sekitar kompleks candi Muaro Jambi.
Candi Bahal
Gambar Candi Bahal |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah candi Bahal. Candi peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di Desa Bahal, kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara. Peninggalan Sriwijaya tersebut termasuk dalam kompleks candi yang beraliran Vajrayana. Pembuatan candi Bahal berasal dari bata merah serta terdapat hiasan papan dikelilingi tabrakan yaksa kepala binatang yang menari di serpihan kaki candinya. Penari tersebut mempunyai wajah tertutup topeng binatang mirip upacara pada Tibet. Selain itu adapula tabrakan singa duduk pada hiasan papannya.
Gapura Sriwijaya
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah Gapura Sriwijaya. Gapura peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di Dusun Rimba, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan. Peninggalan Sriwijaya tersebut terdapat 9 gapura pada situs gapura Sriwijaya. Tetapi hingga kini hanya sanggup ditemukan 7 gapura saja. Gapura ini dalam keadaan yang roboh sebab faktor alam mirip gempa, pengikisan dan sebagainya. Selain itu reruntuhan gapura mempunyai tanda cekungan oval di salah satu sisi pundak dimana bentuk bebatuannya mirip segi lima memanjang. Cekungan tersebut merupakan tanda pengunci kerikil sehingga sanggup ditempel atau disatukan.
Sekian klarifikasi mengenai beberapa peninggalan Kerajaan Sriwijaya beserta gambar peninggalan Sriwijayanya. Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya tersebut intinya masih banyak ditemukan mirip peralatan perang, perhiasan, peralatan upacara dan lain lain. Semoga artikel ini sanggup menambah wawasan anda dan terima kasih telah berkunjung.
No comments:
Post a Comment