Supervisi Secara bahasa, kata supervisi berasal dari bahasa Inggris supervision yang berarti pengawasan Kata ini berasal dari dua kata super dan vision yang berarti melihat dengan teliti pekerjaan secara keseluruhan.
Sedang berdasarkan istilah, pengertian supervisi mula-mula dimaknai secara tradisional yaitu sebagai suatu pekerjaan menginspeksi, memeriksa, dan mengawasi dengan mencari-cari kesalahan melalui cara memata-matai dalam rangka perbaikan pekerjaan yang telah diberikan.
Menurut (Burhanuddin, 2005 : 99). Secara etimologi kata supervisi berasal dari kata super yang artinya mempunyai kelebihan tertentu menyerupai kelebihan dalam pangkat, jabatan dan kualias, sedang visi artinya melihat atau mengawasi Karena itu supervise sanggup diartikan sebagai kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh seorang pejabat terhadap bawahannya untuk melaksanakan kiprah dan kuwajibannya dengan baik sesuai dengan kiprah yang telah digariskan
Menurut Mulyasa (Mulyasa, 2003 : 154). menguraikan bahwa supervisi berasal dari kata super dan visi yang berarti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan Dalam Carter Good’s Dictionary of Education yang dikutip oleh Mulyasa menyatakan bahwa definisi supervisi pendidikan ialah segala perjuangan pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan pejabat lainnya, untuk memperbaiki proses pembelajaran termasuk menstimulasi, menyeleksi, dan merevisi pertumbuhan dan perkembangan materi pembelajaran, metode, serta penilaian pembelajaran.
Menurut (Azwar, 1996). Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi ialah melaksanakan pengamatan secara pribadi dan terpola oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau dukungan yang bersifat pribadi guna mengatasinya
Menurut Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi ialah salah satu pecahan proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses fasilitas sumber-sumber yang dibutuhkan untuk penyelesaian suatu kiprah ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan.
Sedang berdasarkan istilah, pengertian supervisi mula-mula dimaknai secara tradisional yaitu sebagai suatu pekerjaan menginspeksi, memeriksa, dan mengawasi dengan mencari-cari kesalahan melalui cara memata-matai dalam rangka perbaikan pekerjaan yang telah diberikan.
Menurut (Burhanuddin, 2005 : 99). Secara etimologi kata supervisi berasal dari kata super yang artinya mempunyai kelebihan tertentu menyerupai kelebihan dalam pangkat, jabatan dan kualias, sedang visi artinya melihat atau mengawasi Karena itu supervise sanggup diartikan sebagai kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh seorang pejabat terhadap bawahannya untuk melaksanakan kiprah dan kuwajibannya dengan baik sesuai dengan kiprah yang telah digariskan
Menurut Mulyasa (Mulyasa, 2003 : 154). menguraikan bahwa supervisi berasal dari kata super dan visi yang berarti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan Dalam Carter Good’s Dictionary of Education yang dikutip oleh Mulyasa menyatakan bahwa definisi supervisi pendidikan ialah segala perjuangan pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan pejabat lainnya, untuk memperbaiki proses pembelajaran termasuk menstimulasi, menyeleksi, dan merevisi pertumbuhan dan perkembangan materi pembelajaran, metode, serta penilaian pembelajaran.
Menurut (Azwar, 1996). Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi ialah melaksanakan pengamatan secara pribadi dan terpola oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau dukungan yang bersifat pribadi guna mengatasinya
Menurut Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi ialah salah satu pecahan proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling). Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses fasilitas sumber-sumber yang dibutuhkan untuk penyelesaian suatu kiprah ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan.
Menurut (Arwani, 2006) bahwa kegiatan supervisi ialah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan penilaian pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau kiprah sehari-hari .
Ciri-Ciri Supervisi Yang Bersifat Ilmiah
Ciri-Ciri Supervisi Yang Bersifat Ilmiah
- Sistematis, artinya supervisi dilakukan secara teratur, berencana, dan kontinyu.
- Obyektif, artinya supervisi dilakukan berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan sebelumnya.
- Menggunakan instrumen yang sanggup memperlihatkan informasi sebagi umpan balik untuk dapat melaksanakan langkah tindak lanjut menuju perbaikan di masa yang akan datang.
Manfaat dan Tujuan Supervisi
Menurut (Suarli & Bachtiar, 2009) Apabila supervisi sanggup dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya ialah sebagai berikut:
Menurut (Suarli & Bachtiar, 2009) Apabila supervisi sanggup dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya ialah sebagai berikut:
- Supervisi sanggup meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya korelasi dan suasana kerja yang lebih serasi antara atasan dan bawahan.
- Supervisi sanggup lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan sanggup dicegah.
Menurut (Suarli & Bachtiar, 2008). Apabila kedua peningkatan ini sanggup diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan aneka macam kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi sanggup dicapai dengan memuaskan.
Frekuensi Pelaksanaan Supervisi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi yang dilakukan hanya sekali sanggup dikatakan bukan supervisi yang baik, lantaran organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh alasannya itu supaya organisasi selalu sanggup mengikuti aneka macam perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan aneka macam penyesuaian. Supervisi sanggup membantu pembiasaan tersebut yaitu melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan.
Tidak ada pedoman yang niscaya mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan. Yang dipakai sebagai pegangan umum, supervisi biasanya bergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta sifat pembiasaan yang akan dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan.
Prinsip Pokok dalam Supervisi
Menurut (Suarli dan Bahtiar, 2009): Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman yang meliputi lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Untuk itu dibutuhkan beberapa prinsip pokok pelaksanaan supervisi. Prinsip pokok supervisi secara sederhana sanggup diuraikan sebagai berikut:
Frekuensi Pelaksanaan Supervisi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi yang dilakukan hanya sekali sanggup dikatakan bukan supervisi yang baik, lantaran organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh alasannya itu supaya organisasi selalu sanggup mengikuti aneka macam perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan aneka macam penyesuaian. Supervisi sanggup membantu pembiasaan tersebut yaitu melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan.
Tidak ada pedoman yang niscaya mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan. Yang dipakai sebagai pegangan umum, supervisi biasanya bergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan, serta sifat pembiasaan yang akan dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan.
Prinsip Pokok dalam Supervisi
Menurut (Suarli dan Bahtiar, 2009): Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman yang meliputi lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Untuk itu dibutuhkan beberapa prinsip pokok pelaksanaan supervisi. Prinsip pokok supervisi secara sederhana sanggup diuraikan sebagai berikut:
- Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melaksanakan pengamatan pribadi terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau dukungan untuk mengatasinya.
- Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan suportif, bukan otoriter.
- Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang hanya dilakukan sekali bukan supervisi yang baik.
- Supervisi harus sanggup dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin kolaborasi yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada ketika proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan.
- Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan seni administrasi dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan supervisi yang baik.
- Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu diubahsuaikan dengan perkembangan.
Pelaksana Supervisi
Menurut Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam melaksanakan supervisi ialah atasan yang mempunyai kelebihan dalam organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk sanggup melaksanakan supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau karasteristik yang harus dimilki oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karasteristik yang dimaksud adalah:
Menurut Bactiar dan Suarly, (2009) yang bertanggung jawab dalam melaksanakan supervisi ialah atasan yang mempunyai kelebihan dalam organisasi. Idealnya kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan hal tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi maka untuk sanggup melaksanakan supervisi dengan baik ada beberapa syarat atau karasteristik yang harus dimilki oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karasteristik yang dimaksud adalah:
- Sebaiknya pelaksana supervisi ialah atasan pribadi dari yang disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin, sanggup ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
- Pelaksana supervisi harus memilki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.
- Pelaksana supervisi harus mempunyai keterampilam melaksanakan supervisi artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta tehnik supervisi.
- Pelaksana supervisi harus memilki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter.
- Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar dan selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap bawahan yang disupervisi.
Teknik Supervisi
Menurut (Bachtiar dan Suarli, 2009): Tehnik pokok supervisi intinya identik dengan tehnik penyelesaian masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data untuk menuntaskan persoalan dan penyebab persoalan memakai tehnik pengamatan pribadi oleh pelaksana supervisi terhadap target supervisi, serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi persoalan tindakan sanggup dilakukan oleh pelaksana supervisi, gotong royong dengan target supervisi secara pribadi di kawasan . Dengan perbedaan menyerupai ini, jelaslah bahwa untuk sanggup melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan:
Menurut (Bachtiar dan Suarli, 2009): Tehnik pokok supervisi intinya identik dengan tehnik penyelesaian masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data untuk menuntaskan persoalan dan penyebab persoalan memakai tehnik pengamatan pribadi oleh pelaksana supervisi terhadap target supervisi, serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi persoalan tindakan sanggup dilakukan oleh pelaksana supervisi, gotong royong dengan target supervisi secara pribadi di kawasan . Dengan perbedaan menyerupai ini, jelaslah bahwa untuk sanggup melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan:
Pengamatan pribadi
Pengamatan pribadi harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
- Sasaran pengamatan. Pengamatan pribadi yang tidak terang sasarannya sanggup menimbulkan kebingungan, lantaran pelaksana supervisi sanggup terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang menyerupai ini, maka pada pengamatan pribadi perlu ditetapkan target pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).
- Objektivitas pengamatan. Pengamatan pribadi yang tidak terstandardisasi sanggup menggangu objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang menyerupai ini, maka pengamatan pribadi perlu dibantu dengan dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa adanya.
- Pendekatan pengamatan. Pengamatan pribadi sering menimbulkan aneka macam dampak dan kesan negatif, contohnya rasa takut dan tidak senang, atau kesan menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan pribadi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga aneka macam dampak atau kesan negatif tersebut tidak hingga muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut sanggup dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan memperlihatkan kekuasaan atau otoritas.
Kerja sama
Agar komunonikasi yang baik dan rasa mempunyai ini sanggup muncul, pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kolaborasi kelompok sanggup diterapkan. Masalah, penyebab persoalan serta upaya alternatif penyelesaian persoalan harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian persoalan tersebut dilaksanakan secara gotong royong pula.
Agar komunonikasi yang baik dan rasa mempunyai ini sanggup muncul, pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kolaborasi kelompok sanggup diterapkan. Masalah, penyebab persoalan serta upaya alternatif penyelesaian persoalan harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian upaya penyelesaian persoalan tersebut dilaksanakan secara gotong royong pula.
No comments:
Post a Comment